About my Blog

But I must explain to you how all this mistaken idea of denouncing pleasure and praising pain was born and I will give you a complete account of the system, and expound the actual teachings of the great explorer of the truth, the master-builder of human happiness. No one rejects, dislikes, or avoids pleasure itself, because it is pleasure, but because those who do not know how to pursue pleasure rationally encounter consequences that are extremely painful. Nor again is there anyone who loves or pursues or desires to obtain pain

Selasa, 01 Oktober 2013

Cafe Mungil



Cafe Mungil.

Di sinilah tempat para remaja menikmati malam bersama gulungan ombak, tiupan angin, dan alunan berbagai genre musik yang membuat suasana semakin meriah. Tempat para remaja menumpahkan kepalanya pada dada pun pundak pasangannya. Tempat para remaja bercumbu dengan kemeriahan. Tempat para remaja menghentak-hentakan kaki dan badannya mengikuti alunan musik. Hangat dan bahagia jika dirasakan setelahnya.
Di sinilah tempat para remaja bersuka cita sampai malam mati, menjemput pagi.

Lagu Thank You For Loving Me ikut menghangatkan suasana. kami tenggelam di dalamnya. Lagu lain pun iri, lalu didendangkanlah musik-musik reggae. Aku hanya duduk manis dan yang lain asyik menggerakkan badannya sesuka hati. Ah, aku memang tak pandai menari. Mataku termanjakan oleh pemandangan di depan mata. Semua ikut menari. semua ikut bergoyang. Kecuali aku. "Ayo ikut joget yang!" katanya sambil mengecup keningku. Aku tersenyum. Silahkanlah, biar bola mataku saja yang menari, melihat kesana-kemari orang-orang yang berkasih dalam tariannya.

Malam sudah menuju pagi. Tak terasa pesanan di atas meja sudah habis. Kami meningggalkan tempat itu dengan terpogoh-pogoh. Dengan membawa segumpal kenangan. Tenagapun habis dimakan kemeriahan malam itu. 

Di sinilah tempat para remaja dimabuk cinta.

Dan aku, selalu rindu tempat itu.

Aku rindu kamu, kekasih.


0 komentar:

Posting Komentar