About my Blog

But I must explain to you how all this mistaken idea of denouncing pleasure and praising pain was born and I will give you a complete account of the system, and expound the actual teachings of the great explorer of the truth, the master-builder of human happiness. No one rejects, dislikes, or avoids pleasure itself, because it is pleasure, but because those who do not know how to pursue pleasure rationally encounter consequences that are extremely painful. Nor again is there anyone who loves or pursues or desires to obtain pain

Sabtu, 17 Oktober 2015

Baper Bikin Galau

Suatu hari, temen gue, sebut saja Surti tiba-tiba dateng ke kostan gue. Datang dengan raut wajah yang menyedihkan. Tumben banget nih si Surti murung begini. Biasanya kalau datang ke kostan dia tiba-tiba ngagetin gue kayak polisi yang lagi ngegrebeg tempat prostitusi sambil teriak-teriak kayak macan gila. Tapi kali ini Surti beda. Ada apa dengan Surti?

Karena gue kasian ngeliat mukanya yang murung banget kayak kucing persia yang abis diperkosa kucing kampung, gue mencoba membuka pembicaraan dengan nawarin dia makan.

Gue: "Lo pasti belom makan, yah?"
Surti: "He'eh."
Gue: "Makan dulu dih! Gue beliin nasi padang, mau?
Surti: "Mau sih. Tapi gue gak napsu makan. Nanti aja beliin nasi padangnya."
Gue: "Yee, si kampret!"

Jadi, si Surti ini gak akan nolak kalau dikasih makanan apapun. Mungkin karena dia lagi galau, jadi dia gak napsu makan dan nolak tawaran gue. Oke, gue mulai penasaran apa yang terjadi sama Surti.

Gue: "Lo kenapa sih? Cerita dong!"
Surti: "Gue lagi galau nih. Pengen cerita dari dulu, tapi gue malu."
(Tumben dia malu. Biasanya apa pun akan dia ceritakan sama gue. Kebelet pup pun dia ceritakan)
Gue: "Geuleuh lah pake malu segala. Pasti tentang cinta, yah?"
Surti "..."
Gue: "Hmm... pasti tentang si Jono? Ya kan?"

Surti selalu cerita apapun ke gue. Tapi, jarang tentang percintaannya. Kebanyakan dia cerita tentang kebodohannya, keinginannya yang ingin keliling Indonesia, tapi ke garut aja dia belom pernah, atau keluhannya tentang skripsi yang gak kelar-kelar. Kenapa gue tahu kalau Surti lagi galau sama cowok? Karena dulu Surti pernah kayak gini juga. Mogok makan, gak mandi selama 5 hari, gak senyum-senyum, pokoknya gak ada ceria-cerianya deh. Dan ternyata mantannya nikah sama janda anak 3. *pukpuk Surti*

Surti: "Gue lagi deket sama cowok, temen kampus gue. Gak tau deket dalam artian apa sih. Cuma hampir tiap hari gue bareng ma dia. Dan sekarang gue galau."
Gue: "Lo suka ya ma dia?"
Surti: "Gak tau juga sih. Pokoknya tiap gue bareng dia perasaan gue tenang aja gitu."
Gue: "Ya berarti elo emang suka ma dia, nyet. Bagus lah. Berarti lo masih normal. Eh, tapi kenapa bisa jadi galau?"
Surti: "Tiap hari gue diperlakukan spesial sama dia. Tadinya sih gue biasa aja sama perlakuan dia, tapi makin hari gue makin terbawa suasana. Gue gak mau kepede-an sih sebenernya, cuma cara dia memperlakukan gue itu menurut gue lebih dari teman. Dan sekarang gue galau, dia beneran suka sama gue atau cuma ngnanggep gue temen aja."
Gue: "Perlakukan apa aja misalnya?"
Surti: "Dia selalu nawarin gue makan, bukan hanya ngingetin, tapi dia nawarin makan bareng. Dia juga pernah nganterin makanan ke kostan padahal gue gak nyuruh. Terus kalau gue minta tolong dia gak pernah nolak, dia selalu ngebantuin gue dalam situasi apapun."
Gue: "Gitu yah. Cuma gara-gara itu lo baper ma dia? Coba lo pikir lagi, siapa tau dia nawarin lo makan karena dia cuma kasian sama lo. Atau dia gak enak makan sendirian, jadi nawarin lo makan juga. Terus dia mau nganterin makanan ke kostan lo mungkin karena sebenernya dia mau nganterin makanan buat gebetannya tapi gebetannya gak ada, yaudah makanannya dikasih ke elo. Masalah minta tolong mah udah biasa kali. Emang udah seharusnya cowok nolongin cewek yang lagi kesusahan."
Surti: "Kok lo ngomong gitu sih? Lo kayak yang gak suka kalau gue bahagia."
Gue: "Bukannya gitu, nyet. Gue malah gak mau lo sedih. Kalau lo pengen tau sikap dia ke elo itu emang karena suka atau karena lo cuman temen aja coba lo ikut nongkrong sama dia dan temen-temen cewek dia yang lain. Lo perhatiin tuh sikap dia, perlakuan dia ke temen ceweknya yang lain. Liatin cara bicaranya, tatapannya. Kalau sikap dan perlakuannya sama kayak ke elo, berarti elo gak spesial di mata dia."

Surti hanya terdiam mendengar penjelasan gue. Sebenernya sih gue gak tega ngomong gitu ke Surti. Tapi gue khawatir kalau-kalau Surti gak bisa mengendalikan perasaannya. Dan dia hanya bisa menduga-duga tanpa pernah tau perasaan yang sebenarnya.

Gue: "Kenapa lo gak bilang aja kalau lo suka sama dia?"
Surti: "Ya gengsi lah, nyet."
Gue: "Ngungkapin peraaan kan bukan berarti nembak. Lo cuma ngomong kalau lo suka sama dia. Udah gitu aja.
Surti: "Terus kalau dia gak suka sama gue?"
Gue: "Ya seenggaknya lo jadi tau perasaan dia ke elo gimana. Gak perlu menduga-duga lagi. Walaupun sakit, tapi elo tau yang sebenarnya. Lo gak akan jatuh terlalu dalam."
Surti: "Kalau gue ngungkapin perasaan gue ke dia, pasti nantinya hubungan kita jadi canggung. Gak kayak dulu."
Gue: "Itu sih tergantung elonya. Sebisa mungkin lo jangan beda ke dia. Bersikap biasa aja dan jadi diri sendiri seperti yang biasa elo lakuin. Gue yakin dia juga bakal bersikap biasa ke elo"
Surti: "Hmmm... Gitu ya, nyet... Emang gak salah gue cerita ama lo"
Gue: "Oya, satu lagi, lo gak usah baper kalau belom pernah dicium kening ma dia."
Surti: "Iya.. iya, pakar cinta. Btw, gimana lo sama si itu? Udah jadian?"
Gue: "..."

*kemudian jambak-jambakkan*





0 komentar:

Posting Komentar