About my Blog

But I must explain to you how all this mistaken idea of denouncing pleasure and praising pain was born and I will give you a complete account of the system, and expound the actual teachings of the great explorer of the truth, the master-builder of human happiness. No one rejects, dislikes, or avoids pleasure itself, because it is pleasure, but because those who do not know how to pursue pleasure rationally encounter consequences that are extremely painful. Nor again is there anyone who loves or pursues or desires to obtain pain

Selasa, 18 November 2014

Catatan Untuk Seorang Adik

Sebagian orang mungkin bosan mendengarkan nasihat orang tua yang isinya gitu-gitu mulu. Sama seperti saya. Saya pun sering bicara dalam hati "Apaan sih si mimih bawel banget". Tapi akan lebih menyedihkan jika orang tua kita bosan menasihati.
Sebagai anak bungsu, saya sering sekali dinasihati ini-itu baik oleh ibu, bapa dan kakak-kakak saya. Saya bukan anak penurut, tapi saya tidak pernah membentak orang tua. Banyak sekali nasihat yang saya abaikan. Seperti:
  1. Telat pulang. Papap paling gak suka saya pulang larut malam. Saya hanya dikasih jatah main sampai jam 9 malam, itupun kalo mainnya dari abis maghrib. Tapi saya selalu nego sampai jam 10. Kalo lebih dari itu, mimih bakal nelpon terus-terusan sampai saya pulang.
  2. Sholat. Ini nasihat yang paling seriiiiinggg mimih ingatkan. Orang tua mana pun pasti dan selalu mengingatkan anaknya agar tidak meninggalkan sholat. Tapi sebagai anak, saya hanya bisa meng-iya-kan saja. Melakukannya gimana nanti.
  3. Sering main hp. Saya akan ditegur abis-abisan kalo seharian cuma mainin hp. "Hp itu bikin kamu lupa segalanya." "Ada apa sih di hp?" "Mimih jabel ya hape kamu." Gitulah kalo ibuku udah ngomel tentang hp.
Itu adalah nasihat yang sering saya abaikan. Kadang suka ngerasa dosa sih. Tapi, tadi saya bilang saya tidak pernah membentak orang tua kalo lagi dinasihati. Saya takut sama ibu dan bapak. dan saya bersyukur masih diberi rasa takut pada orang tua. Biasanya kalo saya lagi dinasihati, saya cuma diem dan manggut-manggut. Ya, walaupun perintahnya gak dilaksanakan, setidaknya saya gak membentak beliau.

Seperti minggu lalu, ada nasihat dari kakak saya yang tidak akan saya lupakan. Kami; saya, ibu dan kakak lelaki saya berkumpul di kamar. Kami berbicara sambil tiduran, menatap langit-langit kamar. Ibu dan kakak saya selalu menyuruhku untuk kuliah sambil kerja. Buat nambah uang jajan juga nambah pengalaman, katanya. Mimih risih melihat kegiatanku sehari-hari. Kuliah-main-kuliah-main. Mungkin karna beliau tahu jadwal kuliahku yang longgar. Beliau selalu menyuruh kakakku untuk mencarikan pekerjaan untukku. Atau menyuruhku jualan apapun, sekalian belajar bisnis. Tapi saya gak pernah mau. Sampai pada akhirnya hati dan pikiran saya terbuka mendengar nasihat kakak.
"Tau gak, yang, kalo laki-laki zaman sekarang bukan mencari wanita yang hanya cantik, tapi juga pintar. Laki-laki akan segan pada wanita yang bisa kerja keras. Cantik itu cuma point plus. Kalo kamu bisa bekerja keras, Aa yakin pride kamu tinggi di mata laki-laki dan laki-laki akan segan sama kamu. Kalo kamu cuma males-malesan kayak gini, gimana laki-laki akan segan sama kamu? Silahkan kamu punya banyak teman, asal jangan ikut-ikutan hal yang negatif dan jangan selalu bergantung pada teman. Di dunia kerja nanti, kamu gak bisa lagi hura-hura atau haha-hihi sama teman pergaulanmu sesering sekarang. Kita memang harus pintar bergaul dengan banyak orang. Siapa tau rezeki kita ada pada mereka. Satu lagi, jangan gengsi dengan pekerjaan apapun. Seorang manajer pun tidak akan langsung jadi manajer. Aa gak akan nyariin kerjaan yang enak buat kamu, Aa ingin kamu belajar berjuang dan kerja keras. Only you can change yourself." "Satu lagi, harus jujur!" Kata mimih, spontan.
Saya hanya bisa diam dan mencerna kata-kata kakak saya. Saya bersyukur mempunyai keluarga yang tidak pernah bosan menasihati. Saya bersyukur mempunyai penyemangat yang tidak akan berhenti menyemangati. Saya bersyukur mempunyai mereka. Alhamdulillah. :))

Jumat, 10 Oktober 2014

Demi Kita, Demi Restu

Malam ini, entah mengapa kerongkonganku terasa amat sakit. Mungkin kurang minum air putih. Atau mungkin terlalu banyak menelan air mata,
yang jelas aku tak akan lagi menangis meringis seperti anak kecil lagi,
kan ku simpan air mataku dalam sepotong senyuman,

-

Kau bilang kau sangat mencintaiku,
namun beberapa detik kemudian kau juga bilang kita tak mungkin bersatu kembali.
Oh, Tuhan, ingin sekali ku matikan otak dan pikiran tumpulmu.

Apa lagi yang tak kau kenal dari diriku?
Bahkan kau tahu persis rasa air mataku, dan aku kenal akrab dengan segala kata kasarmu.

Apa lagi yang tak kau kenal dari diriku?
Bahkan kau tahu persis rasa bibirku, dan aku kenal akrab dengan bau khas tubuhmu.

Mengapa Tuhan tak menyiapkan perpisahan saja jauh-jauh hari;
sebelum semua sedalam dan serumit ini,


-

Malam ini, entah mengapa kerongkonganku terasa amat sakit. Mungkin kurang minum air putih. Atau mungkin terlalu banyak menelan air mata,
yang jelas aku harus selalu ingat, bahwa cinta membutuhkan restu.
Dan malam ini, aku akan berjuang demi kita, demi restu.



Bandung, 10 Oktober 2014

Minggu, 27 Juli 2014

Selamat Ulang Tahun

Hey, ada yang mau aku sampaikan. Bukan, aku bukan ingin menyatakan cinta. Aku juga bukan ingin melepas rindu. Perihal rindu, biar aku saja yang menanggung. Kamu diam saja dengan kebisuanmu. Ah iya, aku hanya ingin menyampaikan apa yang harus aku sampaikan. Mungkin, sudah tak mungkin untuk mengatakannya langsung. Makanya aku nulis di sini. Hehehe. Sebentar, aku mau tarik nafas dalam-dalam dulu sebelum melanjutkan tulisan ini.

*fyuuuuh*

Mengingat hari ini tanggal 28 Juli, pasti kamu tahu apa yang akan aku sampaikan.

Hari ini adalah harimu. Hari di saat 21th yang lalu orang tuamu bangga atas dirinya sendiri karna telah melahirkan kamu. 21th lalu orang tuamu pasti menangis bahagia karna ada jagoan kecil mengisi kesunyian di rumah. 

Hari ini adalah harimu. Hari di mana selalu ada perayaan tiap tahunnya. Tiga kali berturut-turut kurayakan harimu. Aku tersenyum, dan kamu tersipu malu. Namun maaf, kali ini aku tak bisa memberimu apa-apa. Lagi pula, siapalah aku ini? Tapi, jangan salah, di sini akupun merayakan harimu dengan secangkir kopi panas. Sendiri. Jika kamu bertanya kenapa harus secangkir kopi? Atau kenapa tidak kue beserta lilinnya? Kue dan lilin sudah sangat biasa. Lagi pula, aku tak punya cukup uang untuk membelinya. Aku dan kopi sudah berteman akrab semenjak aku mengenal sepi. Aku sangat bergantung padanya.


Teman, cangkir adalah tangan yang menengadah agar doa-doa bisa di-amin-kan. Setiap uap kopi adalah doa-doa baik dari aku, penikmat kopi. Dan ku amin-kan doa-doa itu dengan tegukan demi tegukan sampai kopiku habis. Sesederhana itulah perayaan dariku.

Teman, berbahagialah kamu. Bersyukurlah kamu. Karena harimu dirayakan semesta. Bumi, langit, tanah, air, udara, dan seluruh kepunyaan Tuhan ikut berdzikir. Lantunan kalimat takbir, tahmid, dan tahlil dari segenap pelosok negeri bergema hebat di angkasa raya. Harimu sekaligus menjadi hari kemenangan umat Muslim. Tidakkah kamu bahagia?
Jika mengingat dulu, banyak sekali kesalahan yang aku perbuat. Mungkin segala ucapan dan perbuatan yang menyinggung hatimu adalah sumber kebencianmu, hingga akhirnya ia berkarat. Oleh karena itu, selain ingin mengucapkan selamat, akupun ingin mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya. Aku sudah kecil di mata Tuhan. Dan di matamu, aku tak mau itu terjadi. Sampaikan permohonan maaf dari aku untuk keluargamu. Apapun yang dulu pernah aku lakukan, semoga bisa dimaafkan. Maaf, bukannya tak mau berjabat tangan, tapi sifat pemaluku nyantanya belum hilang. Aku malu jika harus berkunjung ke sana. Tak apa, yang penting keluargamu senantiasa dalam lindungan Allah SWT.

Sudah dulu, ya. Hanya itu yang mau aku sampaikan. Terimakasih sudah membaca.





Sekali lagi,
Selamat ulang tahun, dan selamat menikmati ketupat beserta opor :) 




Cimenyan, 28 Juli 2014

Teman sekelasmu, dulu.