About my Blog

But I must explain to you how all this mistaken idea of denouncing pleasure and praising pain was born and I will give you a complete account of the system, and expound the actual teachings of the great explorer of the truth, the master-builder of human happiness. No one rejects, dislikes, or avoids pleasure itself, because it is pleasure, but because those who do not know how to pursue pleasure rationally encounter consequences that are extremely painful. Nor again is there anyone who loves or pursues or desires to obtain pain

Minggu, 22 September 2013

Waktu dan Jarak

Sabtu malam. Tidak terlalu dingin namun hati terasa menggigil. Ada cemas dalam dada. Ada takut yang mengutuk. Resah. Aku benar-benar resah. Tidak bisa dibiarkan lagi. Akupun memintamu datang kesini. Untuk sekedar menghatkan malam.

Kamu terlihat lelah sekali malam itu. Inginku hapuskan lelahmu dengan pelukan.Tapi hatiku masih menggigil, tak mampu memeluk. Kita hanya saling bertatap. Kamu menatapku dengan nanar. Entahlah apa yang kamu pikirkan. Yang jelas aku takut dengan tatapanmu. Ada air yg menggenang dipelupuk mataku. Aku makin ketakutan. Aku benci kamu yang terus menatapku seperti lawan, mematikanku habis-habisan. Aku bosan dengan jarak yang selalu menghalangi pertemuan kita. Aku lelah menunggu waktu yang membatasi kebersamaan kita. Lalu hujan turun deras di mataku. Tak ingin terlihat lemah, aku berusaha menghentikan tangisku. Rahangku mengatup kuat. Nafasku ku atur agar tak berisak, namun terasa sesak. Aku melihat lagit sebentar. Ternyata purnama sedang mengintip kami diam-diam. Indah.. Lalu aku melihat matamu lagi. Sekarang tatapanmu berubah lebih hangat. Kamu menang, sayang.
Dengan lembut, kamu membelai mahkota di kepalaku yang sengaja ku gerai dan ku percantik sebelum kamu datang. Akhirnya kamu menyentuhku. Dan aku telah terselimuti. Tak menggigil lagi.
Kecupan mendarat dengan hati-hati di bibirku. Tidak lama, namun berulang-ulang kali.

Pukul sebelas malam.
Malam sudah terlalu malam bagi anak perempuan yang dikunjungi kekasihya. Kamupun berpamitan untuk pulang. Seperti seharusnya, kamu kecup pipi, kening, serta bibirku sebagai tanda pamit. Kita akan bertemu tiga minggu lagi, sayang. Di pertemuan berikutnya, aku tak mau ada tatapan nanar lagi. Kita harus saling menghangatkan.


Rabu, 11 September 2013

Tidurmu, Nyenyakku

Pernahkah kalian melihat pasangan kalian sedang tertidur pulas? Bagaimana rasannya?
Saya pernah melihat pasangan saya sedang tertidur pulas. Dan entah kenapa saya semakin sayang dia.
Rasanya, semua pertengkaran yang pernah terjadi seolah-olah tiada. Adu mulut yang terjadi di siang hari seakan tak pernah beradu.Semua keegoisan hilang seiring matanya yang mulai kuncup lalu menemukan bunga tidur.

Aku suka ketika dia tidur, karena ada waktu dimana aku bisa menyiumi keningnya tanpa terburu-buru.
Aku suka ketika dia tidur, karana aku bisa menyelimuti tubuhnya yang lupa untuk menyelimuti dirinya sendiri.
Aku suka ketika dia tidur. Nafas dan detak jantungya stabil. Rasa lelah karena seharian bekerja mulai pudar dari wajahnya.
Tidurmu adalah nyenyakku, sayang.
 




Foto itu diambil waktu pacar saya datang ke Bandung buat nemuin saya. Cuma sehari sih, karna besoknya dia harus kerja. :))